Kamis, 24 April 2014

Musang pandan (Paradoxurus Hermaphroditus)


Musang pandan
(Paradoxurus hermaphroditus)

Musang pandan atau dengan nama latin (Paradoxurus hermaphroditus) yang asli daerah dalam dan di sekitar Asia, mulai sejauh timur seperti Filipina dan sejauh barat Kashmir. Mereka luas tetapi sebagian besar ditemukan di selatan Cina, Himalaya utara, India selatan, dan pulau-pulau di Samudra Hindia, Laut Cina Selatan, dan Laut Filipina. Populasi luwak sawit Asian terlihat di Sumatera, Bhutan, Jawa, Kalimantan, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Indonesia, Laos, Nepal, Singapura, dan Kepulauan Sunda.
Habitat
Musang pandan (Paradoxurus hermaphroditus) dapat hidup di berbagai habitat. Mereka secara alami hidup di hutan subtropis dan tropis, namun di wilayah yang dikembangkan mereka juga ditemukan di taman, kebun pinggiran kota, perkebunan, dan kebun buah-buahan. Dimana musang ini memilih tinggal sebagian besar tergantung pada ketersediaan makanan dan adanya daerah yang mereka dapat beristirahat dalam, seperti cekungan pohon, celah-celah batu, atau dedaunan lebat. Musang kelapa Asia arboreal sehingga mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di pohon-pohon buah dan pohon araDeskripsi fisik .Musang pandan (Paradoxurus hermaphroditus) sering disebut "musang kucing" karena penampilan mereka yang serupa untuk kedua hewan. Musang kelapa Asia kecil, beratnya hanya sekitar tiga kilogram dengan panjang tubuh rata-rata 50 sentimeter, dan ekor yang 48 cm panjang. Mereka memiliki tubuh memanjang dengan kaki pendek, dan ekor yang hampir sepanjang kepala dan tubuh mereka dikombinasikan. Hidung mereka adalah menunjuk dan menonjol dari wajah kecil mereka. Mereka memiliki wajah sebagian besar seperti kucing, tapi musang kelapa memiliki panjang dan datar tengkorak. Sehubungan dengan kepala mereka, musang kelapa memiliki mata gelap besar dan menunjuk telinga besar. Mantel musang pandan singkat, kasar, dan biasanya berwarna hitam atau abu-abu dengan rambut penjaga hitam-tipped seluruh. Seperti racoons, wajah musang yang terbalut dan memiliki putih bulu bawah dan di atas mata dan di setiap sisi hidung. Mereka dapat diakui oleh garis-garis gelap di punggung mereka dan tiga baris bintik-bintik hitam berbintik-bintik di setiap sisi tubuh mereka dan menutupi kaki mereka. Namun, tanda-tanda ini kurang dikenal dalam masa remaja. Tidak seperti musang lainnya, musang pandan tidak memiliki cincin hitam. Sebaliknya, mereka hanya berujung hitam di akhir. Faktor lain yang membedakan bahwa rambut leher mereka tumbuh mundur, sedangkan anggota lain dari keluarga luwak telah maju tumbuh rambut leher. spesies ini memiliki kelenjar aroma perineum di bawah ekornya, menyerupai testis, fitur yang memberi mereka nama ilmiah mereka. Kelenjar ini terletak dalam kantong double-saku di bawah kulit perut, dan digunakan untuk menyemprot dalam pertahanan, untuk menandai wilayah, dan untuk komunikasi
Reproduksi
Musang pandan (Paradoxurus hermaphroditus) menemukan pasangan menggunakan tanda aroma dari kelenjar anal mereka, menunjukkan setiap zaman musang, jenis kelamin, penerimaan, hubungan kerabat, dan jika mereka akrab. Musang pandan (Paradoxurus hermaphroditus) seksual reseptif sepanjang tahun dengan siklus estrus rata-rata sekitar 82 hari. Pasangan cenderung memilih pohon untuk periode ini di dekat anggota lain dari kelompok mereka. Setelah periode kehamilan dua bulan, musang kelapa Asia melahirkan dua sampai lima anak musang di cekungan pohon atau celah-celah batu untuk kerahasiaan dan perlindungan. Baby dilahirkan dengan mata tertutup dan bulu menutupi tubuh mereka. Bayi musang sangat kecil, beratnya hanya sekitar 80 gram saat lahir. Pada 11 hari, mata mereka terbuka dan dengan berusia dua bulan disapih. Setelah sekitar tiga bulan, musang ini dianggap penuh tumbuh, tetapi mereka tidak matang secara seksual sampai mereka berusia sekitar satu tahun
Musang luwak
adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (Viverridae).
Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus dan di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai sebutan lain seperti musang (nama umum, Betawi), careuh (Sunda), luak atau luwak (Jawa), serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy cat dalam bahasa Inggris.
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar.
Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di sebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam.
Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
KEBIASAAN MUSANG
Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah. Musang juga bersifatnokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya.
Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas atap rumah, meniti kabel listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan juga turun ke tanah di dekat dapur rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-hutan sekunder.
Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering memakan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan.
Termasuk di antaranya pepaya, pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa yang lain adalah aneka serangga, moluska, cacing tanah, kadalserta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus.
Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras, seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka biji-bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang ini begitu singkat dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, konon musang luwak memilih buah yang betul-betul masak untuk menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi luwak dari Jawa, yang menurut cerita dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil pilihan musang luwak, dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya!
Musang luwak, menurut lukisan dalam buku William Marsden (1811), The History of Sumatra.
Akan tetapi sesungguhnya ada implikasi ekologis yang penting dari kebiasaan musang tersebut. Jenis-jenis musang lalu dikenal sebagai pemencar biji yang baik dan sangat penting peranannya dalamekosistem hutan.
Pada siang hari musang luwak tidur di lubang-lubang kayu, atau jika di perkotaan, di ruang-ruang gelap di bawah atap.
Hewan ini melahirkan 2-4 anak, yang diasuh induk betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Sebagaimana aneka kerabatnya dari Viverridae, musang luwak mengeluarkan semacam bau dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini digunakan untuk menandai batas-batasteritorinya, dan pada pihak lain untuk mengetahui kehadiran hewan sejenisnya di wilayah jelajahnya.
JENIS YANG BERKERABAT & PENYEBARANNYA
Ada empat spesies musang dari marga Paradoxurus, yalah:
Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh,Burma, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan, sertaTaliabu dan Seram di Maluku.
Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.
Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.

JENIS YANG SERUPA
Musang akar (Arctogalidia trivirgata), dengan ekor yang umumnya lebih panjang dari kepala dan tubuhnya, tiga garis punggung yang tanpa atau hampir tidak terputus, dan tidak memiliki bintik-bintik di sisi tubuhnya. Musang akar hidup di hutan.
Musang galing (Paguma larvata), biasanya lebih kemerahan (tengguli), tanpa bintik-bintik di sisi tubuh, wajah putih kekuningan dengan ‘topeng’ gelap kehitaman di sekitar mata.
Musang rase (Viverricula indica), ekor berbelang-belang sempurna, hitam putih, 6-9 buah.
Sumber http://musangbekasi.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar